ANTARA HOAX DAN KEWARASAN



ANTARA HOAX DAN KEWARASAN
Tidak dipungkiri lagi, arus deras informasi begitu dahsyat baik yang ada di medsos maupun di media masa lainya sehingga muncul anonim "Tsunami" informasi yang terkadang membuat masyarakat tidak bisa berhenti sejenak dan bertanya tentang apa yg mereka baca. Hal tersebut tentunya tidak bisa dibendung dengan hanya bermodalkan iman dan ketaqwaan, karena terbukti orang-orang yang berimanpun banyak terprovokasi dengan pemberitaan-pemberitaan yang disajikan oleh para buzzer di internet. Sehingga mudah termakan isu-isu yang kebenaranya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Orang-orang tidak lagi menggunakan akal sehat dan logika dalam memberikan reaksi terhadap tulisan-tulisan yg disajikan karena mereka beranggapan dengan melike dan menshare, mereka sudah melakukan hal yang benar. Lebih jauh dari itu, kita masih ingat apa yang pernah dikatakan oleh Charles Percy Snow "Teknologi adalah sebuah keanehan, dengan satu tangan dia memberimu hadiah besar dan dengan tangan lainya dia menusukmu di belakang". Lebih lanjut perkembangan teknologi sekarang ini juga ibarat pisau bermata dua, dimana kedua sisinya sama-sama menikam orang lain dengan bilahnya amat menyayat.
Banyaknya situs abal-abal yang mengatasnamakan organisasi tertentu atau agama yang menyajikan berita-berita bohong atau Hoax tidak pelak membuat orang begitu yakin dengan berita yang disampaikan. Setidaknya menurut Dewan Pers Nasional  ada sekitar 2.000 media online (Media daring/dalam jejaring) yang saat ini ada di Indonesia tetapi hanya 211 yang memenuhi syarat untuk bisa disebut sebagai media professional.
 Terkait dengan pembuatan situs abal-abal tersebut, paling tidak para buzzer mempunyai tiga alasan dalam membuatnya. Pertama, untuk mencari sensasi dan ketenaran di jagat dunia maya dengan menyajikan berita-berita hoax yang bisa memprovokasi masyarakat yang buta akan fakta karena memang sebagian masyarakat kurang mengerti dengan dunia maya. Kedua, sengaja dibayar oleh pihak-pihak tertentu untuk menyebar berita bohong dan fitnah, kebencian dan informasi yang menyesatkan untuk menurunkan pamor seseorang dan ini juga terbukti cukup ampuh untuk memprovokasi masyarakat dalam bertindak dan bereaksi. Ketiga, mencari uang dari pemasang iklan. Seperti yang saya bahas di artikel sebelumnya "Om Telolet Om", bahwasanya sebahagian para blogger memang menggantungkan hidupnya dari Web dan Blog yg mereka kelola dan tidak dipungkiri untuk menarik para visitors mengunjungi Web dan Blog tersebut, para Blogger harus melakukan segala cara untuk meramaikan pengunjung Blog nya dengan membuat berita-berita Hoax. Biasanya para Blogger akan mengangkat tema-tema yang berbau politis, ras, suku dan Agama. Dengan mengangkat tema-tema tersebut, pastinya masyarakat banyak sedikitnya akan terpengaruh karena isu-isu tentang tema-tema tersebut yang paling sensitive untuk dibahas. Selanjutnya, dalam menulis dan mempublikasikan tulisan-tulisan tersebut, para buzzer tidak pernah melihat benar atau salah berita yang akan disajikan akan tetapi berpengaruh atau tidaknya berita yang dipublikasikan terhadap masyarakat luas. Karena para buzzer cuma menginginkan feedback alias imbalan dari berita yang mereka tulis, sementara sebagian readers atau pembaca cuma mendapatkan sakit hati, yang paling parahnya sampai jantungan atau stroke.
                     Pict by detik.com
Masih ingatkah apa yang pernah dilontarkan oleh Karl Marx di era 1800an "Mereka yang menguasai basis material akan menguasai gagasan dalam suatu zaman". Ucapan Karl Marx terbukti sekrang ini, dimana kaum materialis menguasai dan mengontrol setiap lajur informasi setiap menitnya bahkan setiap detik untuk meraup keuntungan secara sepihak dengan menghadirkan informasi-informasi yang vulgar dan provokatif yang siap mengelabui dan membodohi masyarakat luas yang tidak punya kesempatan untuk bertanya.
Contoh nyata yang bisa kita lihat adalah kemenangan seorang yg sangat fenomenal dengan ucapanya yang blak blakan dan kasar yaitu presiden terpilih AS, walaupun sebelumnya diprediksi tidak akan menjadi orang no 1 di AS dan kalah dibeberapa negara bagian saat kampanye, ternyata setelah pemilu usai, dunia seakan tidak percaya, tercengang dan tidak menerima kemenangan yang diraih Donal Trump sehingga si empunya Facebook Mark Zukerberg sempat dijadikan dan dituduh dalang dibalik kemenangan Donald Trump.
Kedua, isu yang santer terdengar dan membuat masyarakat terutama para pengangguran resah pada saat ini yaitu mengimpor 10 juta tenaga kerja China ke Indonesia. Ternyata isu tersebut hanyalah kabar hoax yang sengaja dibuat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan data 10 juta tenaga kerja China rupanya diambil dari tingkat kunjungan tourist China ke Indonesia.
 Disini kita bisa melihat peran media masa atau medsos yang begitu kuat dan mengerikan dan sepenuhnya dikontrol kemudian diback up oleh orang-orang yang bermain dibelakang layar serta mempunyai kepentingan-kepentingan untuk kelompok tertentu guna melancarkan serangan-serangan mematikan terhadap pihak-pihak yang dijadikan mangsa guna menaikan pamor pihak-pihak yang mempunyai kepentingan.
Disini masyarakat diharapkan harus semakin cerdas dan waras dalam mengakses informasi yang ada dijagat dunia maya karena akibat dari kesalah pahaman dalam mencerna informasi bisa mengakibatkan kejadian-kejadian yang tidak bisa terbayangkan. Dunia maya memang dunia yg amat menyenangkan dalam melakukan penjelajahan dan bertukar informasi namun dunia maya tetaplah dunia maya yang berarti "Palsu, Rendahan, Tidak Terpercaya, Ilegal”, dalam bahasa kerenya yaitu tentative.
MELAWAN HOAX
Pertama, diharapkan kedepanya apa yang sudah diwacanakan oleh dua raksasa teknologi dunia yaitu Google dan Facebook bisa terwujud dengan menciptakan sebuah Fitur (Tools) khusus Anti Hoax, dimana fitur tersebut secara otomatis akan mendeteksi kebenaran berita yang tersebar di dunia maya. Kalau ternyata berita yang tersebar Hoax maka Google akan menghapus Web atau Blog yang menyebarkan berita Hoax tersebut.
Kedua, diharapkan kepada penggerak Anti Hoax seperti "Gudanghoax.com, aplikasi Turnbackhoax serta Indonesian Hoaxes Community yang ada di FB Fanspage, dll bisa paling tidak meminimalisir peredaran berita-berita palsu yang beredar di jagat dunia maya.
Ketiga, dengan adanya revisi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Nomor 11 Tahun 2008 yang sudah mulai diberlakukan pada tanggal 28 November 2016 lalu diharapkan bisa lebih mendewasakan masyarakat serta berpikir ulang dalam menulis dan menyebarkan berita yang kebenaranya belum pasti di media online. Salah satu point terpenting dalam revisi Undang-Undang tersebut adalah tentang “Kewenangan pemerintah yang memiliki kuasa untuk memblokir atau memerintahkan penyelenggara system elektronik untuk memutus akses terhadap informasi elektronik yang melanggar hukum, termasuk akun media social yang menyebarkan konten negative. Lebih lanjut, kementrian Kominfo berharap setiap orang yang mendapatkan akses untuk lebih bersikap dewasa ketika sedang berinternet. Termasuk ketika berucap dalam tulisan di internet. Sebab, bisa saja apa yang diunggah di Media Sosial memberi dampak luar biasa, dan bila menyentuh privasi orang lain, bisa menimbulkan permasalahan.
Keempat, karena ratusan bahkan ribuan artikel setiap harinya yang beredar di media online atau medsos, masyarakat hendaknya lebih kritis dan selektif dalam meakses dan membaca artikel-artikel tersebut dan tentunya itu tidak terlepas dari sisi edukatif pembaca dari segi jurnalistik.

By
Sasmirido Doni

Share:

0 komentar